Semangkuk mie instan rebus dipakein telur sama irisan cabe rawit ituuuhhh........ sluuurrrppp....salah satu surga dunia. Rugi kalo gak nyobain
Enggak ah. Serem. Mie instan itu makanan gak sehat tauk. Ati-ati ada lilinnya, bisa bikin kanker pulak MSG nya.Eleuh-eleuh....segitu pisan yak sama mie instan.
Oke. Sekarang ngomongin tentang mie instan yuukk. Teringat beberapa waktu lalu saya lagi mau masak mie instan dan tiba2 sodara nyeletuk, air rebusan yang pertama dibuang dulu baru diganti pake air termos soalnya ada lilinnya itu
Jreng...jreeng.... Spechless sayanya mah
Coba sekali-sekali liat proses pembuatan mie instan (googling please). Lihat tahapan terakhir sebelum dikemas. Yesss, digoreng pada suhu 140°-150°C selama 60-120detik kemudian langsung didinginkan. Proses ini ditujukan agar tekstur mie jadi keras, kadar air berkurang, lebih awet karena bakteri/jamur tidak bisa tumbuh. Naaaahhh, nggoreng nya itu pake minyak kan ya, bukan air (kalo pake air namanya ngrebus mbak)? Abis digoreng, ditiriskan trus didinginkan maka jadilah itu minyak yang masih tersisa nempel di mie. Betul apa bener?
Jadiiiii kalo saat merebus mie itu ada kaya minyaknya di air rebusan, itu bukan lilin buibu tapi minyak goreng. Jelas yaaaa??*ala cikgu dosen, hhhhhhh *hela napas, esmosi saia.
Lanjuuutt.... Info keterlaluan kedua nih, kalo masak mie instan bumbunya jangan direbus bareng mie nya karena pada suhu 120°C MSG akan terurai menjadi senyawa2 yang berpotensi karsinogenik (pemicu kanker) atau yang semacam itu redaksinya. Ngerasa ada yang janggal gak sama informasi di atas? Nggak ada?? Sini sini saya tunjukin.
Inget pelajaran SD dulu dong? "Berapa titik didih air anak-anak?" Bertanyalah ibu guru sumini pada anak muridnya. "100°C bu guruuuu" Jawab murid-muridnya serempak. Iyak pintar sekali.
Naaah masak mie instan ini pake kompor sama panci kan ya? Masak mi pake panci dan kompor sampe yang masak ubanan juga tidak akan pernah mengubah titik didih air yang 100°C menjadi 120°C, kecuali kalo sodara/sodari semua masak mie nya pake panci presto (Lodrok dong mie gue).
Lha gimana critanya itu MSG bisa terurai/terpirolisis atau apalah namanya jadi senyawa-senyawa karsinogenik?
Yang terakhir nih penting banget, masih percaya kan sama badan pengawas obat dan makanan (bpom)? Di setiap kemasan mi instan pabrikan merk2 terkenal itu pasti ada ijin bpom nya *kalo gak ada, gak usah dibeli. Badan pom ga akan dengan mudahnya mengeluarkan nomor perijinan bpomnya untuk suatu produk yang gak jelas keamanannya. Kalo mie instan itu gak aman dan gak layak makan udah dari dulu ditarik dari peredaran. Yang harus diwaspadai justru mie2 industri rumah tangga yang banyak bertebaran di pasar atau tukang sayur itu. Tanpa merk, tanpa kemasan higienis, gak tau pake pengawet formalin atau tidak dll. Jangan terbalik-balik. Gak semua yang pabrikan (berpengawet kimia) itu kurang baik untuk kesehatan. Dan sebaliknya gak semua yang tanpa pengawet itu pasti baik. Selama penggunaan pengawet itu terkontrol dan sesuai patron its oke menurut saya.
Nah masalahnya sekarang adalah seberapa sering kita konsumsi mie instan itu sendiri. Kalo tiap hari sehari 3x dan bener-bener mie instan doang, ya itu lebay bingits namanya. Kenapa gak boleh keseringan?
1. Mie instan itu makanan yang 'gak bergizi' (haha. Jahatnya... yaudah deh gizinya minimalis). Jadi ngapain juga masuk-masuk-in sesuatu yang gak ngasih manfaat ke tubuh sering-sering? Selingan gakpapa, sebagai recreational food, seminggu 2-3x masih tolerable. Kalo mau lebih bergizi campurkan dengan sayur, telur atau bahan bergizi lain.
2. Mie instan itu makanan yang tinggi garam. Diet tinggi garam terus menerus jelas gak baik untuk tubuh apalagi untuk orang-orang yang punya riwayat hipertensi, sangat tidak dianjurkan
3. Mie instan itu pantangan buat yang alergi atau intoleran terhadap gluten. Gluten itu protein yang terdapat pada tepung2an seperti gandum sebagai bahan dasar mie. Orang-orang seperti ini biasanya akan jadi pusing, mual atau sakit perut setelah makan makanan-makanan mengandung gluten seperti mie atau roti.
Jadi mie instan itu aman ya, asal semua aturannya dipatuhi dan gak berlebihan. Sooo.....cek dan validasilah informasi2 yang diterima. Jangan mudah menelan mentah-mentah semua data. Digoreng apa direbus dulu gitu biar agak enak. Sayang banget kan ilmu yang berharga itu menjadi tak bernilai hanya karena ditemplokkan dengan semena2 untuk menghukumi suatu fenomena dengan tidak tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar