Selasa, 21 April 2015

Ibu Mertuaku (Bukan) Rivalku

Saya sering  bayangin bagaimana perasaan saya jika kelak Berry (si sulung) dewasa dan tiba saatnya jatuh cinta trus menikah dengan seorang wanita. Siklus hidup yang wajar dan pasti akan terjadi. Tapi entah kenapa saya suka mendadak melow kalo bayangin saat itu tiba*yaelah baru juga 5 tahun mak, udah jauh bener bayanginnya.

Gimana kalo wanita yang dipilihnya bukan tipe mamahnya? Gimana kalo wanita itu gak bisa merawat anak saya sebaik yang saya lakukan? Gimana kalo mantu saya itu gak sayang dan jahat sama saya? Gimana kalo dia hanya peduli sama anak saya dan cuek bebek dengan ibu mertuanya? Aaahhh.... kayanya eike kebanyakan nonton sinetron mantu durhaka ini.

Wait!!! Saya ngerasa ada kondisi yang identik dengan cerita di atas. Hmmm....
Kira-kira ibu mertua saya pernah merasakan hal yang sama kah dengan yang saya rasakan? Apakah saya adalah wanita yang diidamkannya untuk mendampingi anak lelakinya? Apakah beliau merasa ikhlas menyerahkan "perawatan" anak lelakinya ke tangan saya? Apakah beliau merasa saya hanya peduli pada anak lelakinya dan tidak dengannya? Hiks. Ambil cermin, ngaca daann "Nyuwun ngapunten ibuk, dereng saged dados mantune ibuk ingkang sae lan salihah"

Hubungan antara menantu perempuan dan ibu mertuanya memang rawan konflik. Kenapa? Ya karena wanita adalah makhluk rumit. Rumit ketemu rumit jadi rumit kuadrat. Tak dipungkiri banyak kasus pertengkaran atau cekcok berkepanjangan antara ibu mertua-menantu perempuannya. Mulai dari beda prinsip dalam mengurus rumah tangga hingga intervensi yang terlalu besar dari si ibu dalam hidup rumah tangga anaknya. Ujung-ujungnya dua wanita ini akan saling berebut perhatian dari si anak lelaki. Tinggallah si anak deleg-deleg karena harus memilih antara istri atau ibunya. Runyam.

Beda prinsip itu pasti, secara hidupnya aja udah beda jaman. Contoh kecil yang bisa memicu perang dunia dengan mertua:  ibu mertua wanti-wanti kalo lagi panas meriang jangan dimandiin, jangan kena air. Trus tanya dokter jaman sekarang dan dijawab wah mandi air anget itu justru bisa berfungsi sebagai kompres dan membersihkan kuman-kuman di badan. Beruntunglah kalo tinggal terpisah dengan mertua, bisa memilih pendapat yang sesuai dengan yang kita yakini. Tapi kalo serumah? Dan tiap hari kita nitipin anak kita ke beliau? Bisa jadi perang besar jika kita berani membangkang perintahnya. (iya, gak semua ibu mertua sifatnya gitu sih tapi kebanyakan seperti itu).

Mau selesai perangnya? Mantunya yang harus mengalah atau carilah win win solution. Kenapa? Karena kita yang lebih muda. Se-well educated apapun kita, pengalaman ibu jauh lebih banyak dibandingkan kita yang baru jadi ibu seumur jagung. Dan ingat, pada saat menikah, posisi ibu mertua adalah sama dengan ibu kandung. Wajib dihormati dan diberi bakti. Susah?? Siapa bilang gampang. Mengalahkan diri sendiri adalah salah satu hal berat dalam hidup.

Coba bayangkan bagaimana kita merawat anak lelaki kita. Di-nik-nik penuh kasih sayang. Dari mandiin, nyebokin, bersihin pup, nyuapin, gendong, ngajak main. Dari bayi hingga gede. Tulus dan tanpa lelah. Ibarat merawat bibit kecil hingga menjadi pohon yang berbuah lebat. Dan ketika buah itu sudah matang, seseorang datang dan memetik buahnya tanpa perlu repot-repot ngrumat si pohon. Demikian yang dilakukan ibu mertua kita. Beliau merawat anak laki-lakinya dari bayi hingga siap berumahtangga. Dan kita datang udah langsung dapat hasil manis perjuangan beliau yaitu suami kita. Mantu macam apa kita jika gak bisa membalas semua kebaikan yang dilakukan ibu mertua? Ingat, tanpa pengorbanan ibu mertua tak akan ada suami "sempurna" yang bisa kita pilih sebagai teman hidup.

Jadi saya selalu berusaha memposisikan ibu mertua bukan sebagai rival yang harus dicemburui. Namun sebagai orangtua tempat saya bertanya banyak hal tentang hidup. Satu lagi, lebih banyaklah mendengar daripada berbicara. Iyaaa mungkin memang ilmu kita lebih aptudet tapi kebijaksanaan seorang ibu itu kadang mengalahkan ilmu yang kita miliki. Jadi mengalahlah. Berusahalah untuk memahaminya meski itu sulit karena akan datang suatu hari dimana kita akan berada di posisi itu. Bisa jadi kita melakukan hal yang sama yang dilakukan ibu mertua kita saat ini.

Istri dan ibu mertua adalah sepasang malaikat yang keberadaannya seharusnya saling menguatkan, bukan melemahkan


3 komentar:

  1. Bener bgt saya sependapat dg tulisan diatas...kita hrs mengalah demi kebaikan ya mak agar tidak terjadi cekcok...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak. Sekalipun itu susyaaaahhh banget. Secara ego wanita itu di atas segalanya. Haha

      Hapus
  2. mba izin berbagi pendapat..
    menjadi istri yang dipilih itu juga jerih payah orang tua perempuan dalam mengasuh dan mendidik hingga dewasa...
    jadi sama saja antara laki-laki dan perempuan...
    apalagi keluarga orang tua perempuan juga pasti ingin yang meminang anaknya itu bisa memperlakukan dan menyayangi anak wanita nya dengan baik ... gtu mba kalo menurut saya sih ... :)

    BalasHapus