Sabtu, 20 Agustus 2016

Cerpen yang aslinya curcol



Adalah kegagalpulangan (lagi) bapak dari rantau yang mengawali rangkaian cerita ini. Karena gagal pulang itulah si mbarep jadi bete, cemberut dan uring-uringan sepanjang hari. Siapa lagi yang ketempuhan kalau bukan maknya. Memiliki hati selembut peri, tak tahanlah emak melihat gundah gulana di mata anaknya. Untuk mengobati kekecewaan, dipenuhilah cita-cita mendadak si anak yang pengen pergi ke rumah utinya naik kereta

Dan cerita pun dimulai.....jreng jreeeng....
M: "Oke, keretanya berangkat jam setengah 6 kurang 5 menit. Jadi kita dari rumah jam 4, biar mama bisa sekalian urus reskedul tiket kereta ayah, " Emak ketok palu
Fakta di lapangan: gubrak gubruk gubrak gubruk, bangunin bocah, mandiin, nyiapin makan, packing baju, endebra endebre, nanana ninini. Yak slesai. Setengah 5 baru bisa panggil taksi ke rumah.
*Alibi: namanya juga bawa bocah. Rempong cynt...

Bete 1:
Qadarullah dapat supir taksi yang sepertinya mengidap gangguan obsesif kompulsif terhadap garuk-garuk. Garuk teruuussss maaang....sepanjang jalan kenangan. Diawali dari garuk-garuk lengan gruk..gruk....grukk... lamaaa banget. Berlanjut ke garuk kepala. Brul...brul...brul... Serpihan salju beterbangan dalam kabin. Belom puas juga, pundak yang kini jadi sasaran garukan tangannya. Sruk...sruk...sruuukkk...
Si emak mulai bete "Garuk-garuk mulu, ngantuk apa pak?" Butiran ketombe rupanya sedikit mendistorsi konektivitas otak si emak hingga gagal menghubungkan antara garuk dan ngantuk. "Nngg....Nggak kok buk" jawab pak supir.
Dalam hati emak teriak, Apaaa??? Buuuk?? Mbak dong, bak buk bak buk. Sambil menggerutu,  emak mati-matian menahan diri untuk tidak berkata "Wis,  Saya turun sini aja pak, pinggirin mobilnya! Garuk-garuk, ketombe sama buk nya itu bikin saya ilfil!" *banting setir

Bete 2:
Singkat cerita taksi sampai di stasiun pukul 16.50. Emak beserta 3 anaknya cuss ke loket pembelian tiket kereta, daaan... patah hati saat itu juga melihat antrian manusia bak semut mengerubuti remah biskuit bayi. (Jadi ya, patah hati bukan melulu punya para gagal-muv-on-er).
Mendadak vertigo emak kambuh. Ditambah minus silinder yang diderita matanya membuatnya makin nggak fokus melihat pengumuman availabilitas tiket yang ditempel di dinding loket pelayanan. Bermodalkan tanya-tanya plus akting tampang bingung (atau bego?) sekaligus memelas ke sesama pengantri akhirnya dia berhasil ndusel-ndusel hingga depan loket dan memperoleh 4 tiket kereta tepat pukul 17.15. *katakan: Berhasil! Berhasil! Berhasil! Horeee!!!
Yo rasah njuk terlalu menghayati tokoh Dora ngono to para pembaca yang budiman.

10 menit tersisa. Tergopoh-gopoh rombongan kecil itu berlari masuk stasiun. "Ayo buruan, keretanya udah mau datang," teriak si emak sambil terus berlari kecil. Lupa sejenak bahwa dia membawa balita. Tersadar kembali saat si bocah teriak hendak menangis "Mamah tungguin, Bella jangan ditinggalin" (pantesan Allah menggambarkan kelak saat kiamat ibu-ibu akan melupakan anak-anak mereka, lha wong baru mau ditinggal sepur aja udah kaya gitu)

Bete 3:
Tak sampai 5 menit menunggu, kereta nan gagah itu datang. Si emak menggandeng kedua anaknya dengan tangan kanan dan kirinya sambil menggendong bayi menaiki kereta yang alhamdulillah yaaa... puenuh banget. Berjalan antar gerbong sambil tengok kesana kemari dan tak menemukan kursi kosong, emak pun siap dengan situasi terburuk gelar lesehan dekat pintu.
Hamdalah....orang-orang baik selalu saja ada. Tampaknya sih karena faktor iba melihat kerendelan emak tersebut.

Seorang bapak berdiri dan menawarkan tempat duduknya. Si emak mengucapkan terimakasih sambil mendudukkan kedua bocahnya di situ. "Duduk sini, anteng, jangan rusuh," pesan emak ke kedua anaknya. Diikuti seorang ibu yang juga berdiri dan menawarkan tempat duduknya. Basa-basi emak menolak tawaran itu. Tapi berhubung si ibu udah kadung berdiri dan kursinya sayang banget kalo gak ditempati, akhirnya emak pun dengan bahagiaduduk di kursi itu. Huuuu mari kita sorakin. Tapi gak sampe 15 menit kok. Sueeerr!! Soalnya emak berasa kaya memanfaatkan kerendelan bawa anak demi kepentingan diri-sendiri dengan mengorbankan hak orang lain (maklum, dulu nilai PMP PSPB emak di kisaran  8-9 terus).
Jadi akhirnya emak pun berdiri dan mempersilakan ibu tadi untuk duduk kembali.

Bete 4:
Ternyata kerusuhan belum berakhir.
Selama di kereta entah kenapa kedua bocah batuta itu berulah sepanjang jalan. Mulai dari cilukba an antar kursi. Loncat-loncat, tabok-tabokan, jawil-jawilan, jegal-jegalan yang berujung pada jerit-jerit, nangis-nangis dan saling wadul. Sekali lagi emak mati-matian nahan emosi buat mencegah momster di tubuhnya keluar. Miapaaah?? Demi pencitraan sebagai ibu peri nan baik hati to yaa, apalagiii??? Coba kalo satu gerbong itu emak booking semua hingga hanya ada dia dan anak-anaknya. Niscaya emak bakal turut serta terjun ke dalam medan pertempuran kaplok-kaplokan itu.

Di tengah tatap mata iba dan 'apa banget sih ini' para penumpang, tetiba si balita berbisik di kuping emak "Bella.... kebelet pipis niih." Duuuhh!! Emak pun kesel. Ni anak hobi banget kebelet pipis di waktu dan tempat yang gak tepat ya. "Udah tahan dulu setengah jam lagi, nanti pipis di rumah," jawab emak. Si anak nurut. Sayangnya dia nahan pipisnya tetep sambil loncat-loncat, ketambahan pula sama acara gangguin adik bayinya di gendongan. Towel2, ciwel2, unyel2 de el el.
Emak murka, "Udah deh! jangan digangguin adeknya."
Dimarahin begitu si anak merajuk sambil mengancam "Nanti Bella ngompol di sini lho kalo mamah gak bolehin Bella pegang Brilly." Si emak pun K.O dengan sukses.

Hamdalah lagi, perjalanan itu cuma satu jam. Entah apa jadinya kalo lama perjalanan dikalikan 8 atau 12. Bisa masuk angin akut emak.

Setengah jam kemudian, banyak kursi yang mulai ditinggalkan penumpangnya. Pundak punggung emak pun sudah mulai protes digantungin beban 7.5 kilo sambil berdiri. "Lumayaaan bisa ngeluk boyok 15 menit," begitu pikir emak. Sayangnya seperti peribahasa jauh panggang dari api. Apa pasal? Yaak, si bayi ogah diajakin duduk. Tiap pantat nempel kursi sebentar, si bayi mulai merengek-rengek minta berdiri. Si emak ngalah, berdiri lagi dan mengorbankan encok di pinggangnya yang mengancam untuk kambuh. Tentu saja dengan tetap memasang muka cool, sok ceria dan sok bijak.
 *Pencitraan ini... janganlah cepat berlaa..luu (gak usah terlalu dihayati lagunya... Hayati kan udah lel... halaaah)

Panjang bener si ceritanya. Baru 1 jam naik prameks. Gimana kalo 10jam naik jokotingkir, bisa-bisa kalo dijadiin novel ngalahin jumlah novelnya Tere Liye.

Yaudah deh, berhubung saya udah capek ngetiknya (pake hp bo', bukan leptop), mari kita tamatkan saja cerpen ini.

Akhirnya kamipun (kami?? Jadi ini fiksi atau nyata?? Cerpen atau curcol??) sampai di rumah Uti dengan sehat selamat dan sentausa tiada kurang satu apapun tepat pukul 18.45.

Surprais Utiii.... dan Uti pun geleng-geleng kepala dengan keniatan emak dan ketiga anaknya.

Tarik nafaaaass......lepaaaasss....
Huufffffttttt.........


Powered By Blogger