Senin, 22 Desember 2014

Bertitel dan IRT, so what??

Saya memang pernah sekolah  s2 dan sekarang jadi ibu rumah tangga, so what? Menurut saya gak ada masalah, meski untuk banyak orang mungkin terlihat sebagai suatu ketidakberhasilan atau antiklimaks. Tapi ya itulah pilihan hidup saya. Kadang orang hanya menilai dari covernya aja, tampak luarnya. Mereka gak tau  tentang bagaimana saya menguburkan mimpi saya yang menggebu2 menjadi dosen dan mengubahnya cukup menjadi dosennya anak2 saya. Mereka gak tau tentang bagaimana saya membesarkan hati saya dan meyakinkan diri terus menerus, yak ini jalan terbaikmu. Mereka gak tau tentang bagaimana saya tutup kuping dengan omongan2 semacam 'sayang sekolah tinggi, cuma jadi irt. Ilmunya gak kepake', dan blablabla atau yang lebih sadis lagi "jadi perempuan kok cuma bisa 'minta' (jawa:nyadong) suami" :( Mereka gak tau gimana saya merasa gak enak saat orangtua saya ditanya, anaknya kerja dimana, dan dijawab dengan alakadarnya, momong anak di rumah. Aahh... mak jleb dan jleb lagi.

Trus sekarang gimana rasanya menjalani pilihan yang dengan sadar saya buat? Puas, bahagia? Banyak bahagianya tapi gak selalu. Bosen, iya. Melakukan hal yang sama setiap hari, gak berkembang dan gak tertantang. Bete, sering. Ketika anak2 begitu bertingkah, mogok sekolah berbulan2, dan sulit diatur. Capek, tiap hari. Pekerjaan yang gak ada jam kerjanya. Dari pagi hingga pagi lagi. Iri, kadang. Iri melihat temen2 lain yang udah 'berhasil' dan sakses dengan karirnya. Galau, jangan ditanya. Berkali2 saya donlod dan print form pendaftaran cpns, tetapi selalu berakhir menjadi uwelan di tempat sampah *kecuali cpnsan pemprov jogja kemarin yg belom ada pengumumannya hingga sekarang. Itu tadi bagian gak hepinya. Bagian hepinya jauh lebih banyak. Menjadi yang pertama dicari anak2 saat mereka membuka mata. Ngeloni dan bacain mereka cerita hingga mereka tidur. Main mobil2an atau cerita boneka dengan mereka. Bikinin mereka susu atau gorengin telor ceplok. Ngajarin baca alif ba ta dan menjadi orang pertama yang bangga saat mereka selesai iqra jilid 1. Dengerin segala cerita mereka beserta segenap imajinasinya dan tertawa bersama. Dan masih banyak sekali cerita2 sederhana yang tak habis ditulis dalam berlembar2 kertas. Momen2 yang menurut saya tak tergantikan dengan materi apapun, apalagi sekedar ketrima jadi cpns :p

Kalo bayangin momen2 berharga itu, tiba2 semua keinginan saya untuk ini itu begini begitu jadi hilang, bubar, musnah. Saya hanya ingin membersamai mereka selama mungkin. Pengen nganterin mereka menuju kebahagiaan mereka, menuju passion mereka, menuju kesuksesan mereka. Agar mereka tak perlu merasakan perasaan hampa yang saya pernah rasakan.
Jadi kuliah s2 saya sia2kah? Saya pikir enggak. Pendidikan tinggi untuk seorang ibu itu menurut saya adalah untuk membentuk pola pikir si ibu, tidak semata untuk mendapatkan pekerjaan atau mencari prestis. Pola pikir yang cemerlang dan tidak dangkal. Tentang kebijaksanaan hidup, prinsip2 hidup dan keteladanan. Pola pikir yang kelak akan diwariskannya kepada anak2nya sebagai generasi penerusnya. Jadi salah banget pernyataan 'ngapain sekolah tinggi kalo pada akhirnya jadi ibu rumah tangga'. Itu pernyataan yang sempit yang tak seharusnya dimiliki orang2 yang 'ngaku' berpendidikan. Hei...hidup bukan sekedar jadi pns keleus. Oiya satu lagi, saya gak merasa hina atau dipandang rendah karena nafkah yang diberikan suami kepada saya. Saya justru memberikan jalan kepada suami saya untuk mendapatkan pahala yang banyak lewat nafkah yang diberikannya pada istrinya. Saya justru memberikan kesempatan kepada suami saya untuk bertanggungjawab terhadap hidup saya dan anak2 tanpa melukai harga dirinya. Jadi harus malu di sebelah mana nya? Lagi2, pemikiran yang dangkal.

Tulisan ini tidak dalam rangka membela ibu rumah tangga ya. Atau memuja2 ibu rumah tangga itu lebih mulia dari ibu bekerja. Enggaaak.... Saya gak sepicik itu. Menurut saya ibu rumah tangga gak bisa diversuskan dengan ibu bekerja. Ibu ya tetep ibu, titik.  Mau dia bekerja atau di rumah saja, selalu ingin mengusahakan yang terbaik. Toh ibu bekerja yang anaknya sukses buanyak dan sebaliknya ibu rumah tangga yang anaknya gak beres juga ada. Jadi ukurannya bukan pada bekerja atau di rumah saja. Tetapi pada bagaimana si ibu berhasil menjalani perannya masing2 sebagai ibu bekerja atau sebagai ibu rumah tangga.

Btw kebayang gak kalo yang bantu ibu2 melahirkan itu pak bidan? Atau pas kita sakit, perawatnya bapak2 atau kalo kita nitipin anak ke daycare yang jagain bukan miss2 tapi mas2?. Ada profesi2 tertentu yang lebih luwes dipegang perempuan. Dan yang jelas gak semua ibu itu berada pada kondisi 'ideal' yang membuatnya bisa dengan tenang tetap tinggal di rumah tanpa harus diriwehkan dengan keharusan memikirkan biaya ini itu yang mungkin belum mencukupi, apalagi di jaman yang gak jelas seperti ini.
Demikian pula jadi ibu rumah tangga. Kebayang gak kacaunya dunia kalo semua wanita itu harus bekerja? Anak2 gak keurus, broken home dimana2,  rumah tangga berantakan dll. Peribahasa 'ibu adalah madrasah pertama dan utama' mungkin gak berlaku lagi.

Jadi kembaliin aja ke hukum asalnya, bekerja bagi kaum wanita itu kan hukumnya mubah/boleh ya bukan wajib atau haram. Selama gak mengabaikan yang wajibnya (mengurus dan mendidik keluarga), gak ada masalah to?
Percaya deh, menjadi ibu rumah tangga itu gak selalu seindah yang sering dibayangkan ibu2 bekerja. Pun menjadi ibu bekerja gak selalu semenyenangkan yang sering diirikan ibu rumah tangga. Berjalan sajalah di track masing2. Rawat dan hijaukan rumput sendiri biar gak selalu merasa kalo rumput tetangga itu lebih hijau.

Hidup bukan melulu soal pilihan. Hidup adalah tentang mewarnai gambar yang telah disediakanNya buat kita. Hidup adalah tentang mengisi ruang2 kosong dalam dimensi ruang dan waktu :D warnai dengan seindah2nya dan isi dengan yang terbaik. *pujangga mode on. Toh nanti yang ditanyakan di akhirat bukan 'kenapa kamu gak jadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja?' tetapi 'gimana pertanggungjawabanmu atas pilihanmu menjadi ibu rumahtangga atau ibu bekerja?' Dan itu kita masing2 yang bisa menjawabnya.

Sabtu, 06 Desember 2014

Tempe, Tahu dan GMO

Pilih mana tempe atau tahu? mmm... Enak mana tempe atau tahu? mmm... lagi. Jawabannya relatif sih ya, suka2 gw, tergantung masing-masing orang. Tapi kalo pertanyaannya diubah  jadi bagus mana tempe atau tahu? Jawabannya... ya bagusan tempe lah
Kenapa bisa begitu? Awas kalo begini ceritanya lagi, kebiasaan. Begini alasannya :D

Meskipun sama-sama dibikin dari kedelai, yang bedain tempe dan tahu itu adalah prosesnya. Pada pembuatan tempe ada yang namanya proses fermentasi/peragian oleh jamur tempe, sedangkan pada tahu gak ada. Sebagai gambaran,  meskipun kedelai punya nilai gizi yang tinggi,  dia juga punya beberapa senyawa anti gizi seperti asam fitat, saponin, goitrogen, tripsin inhibitor dll. Senyawa antigizi  ini bisa menghambat proses pencernaan beberapa zat gizi yang terkandung dalam makanan lain yang dikonsumsi bersamaan. Asam fitat misalnya, dia bisa mengikat mineral seperti kalsium, Zn dan zat besi sehingga mengganggu penyerapan mineral2 ini dalam tubuh.  Nah, proses fermentasi ternyata dapat menurunkan kadar senyawa2 anti gizi ini. Kapang/jamur tempe akan menghidrolisis/menguraikan senyawa2 komplek pada kedelai menjadi senyawa yang lebih sederhana yang mudah diserap tubuh (termasuk mengurai zat antigizi pada kedelai itu). Sementara perebusan saja (pada tahu) tidak begitu signifikan menurunkan kadar zat2 antigizi tersebut. 
Jadi jelas kan kenapa tempe lebih baik dibandingkan tahu? Kalo masih belom yakin, saya cantumkan deh nilai gizi tempe dan tahu versi dkbm (ini kitab wajibnya orang pangan). Dalam 100gram bahan, tempe mengandung kalori 149kal, tahu 68kal; protein tempe 18.3gram, tahu 7.8gram; lemak di tempe 4gram, tahu 4.6gram; karbohidrat tempe 12.7gram, tahu 1.6gram; kalsium di tempe 129mg, tahu 124mg; pospor di tempe 154mg, tahu 63mg; zat besi di tempe 10mg, tahu 1mg. (Niat banget :)). Secara overall lebih bergizi tempe daripada tahu kan?

Oke lanjut... Di indonesia, 90% perajin tempe tahu itu pakenya kedelai impor. Dari kebutuhan kedelai yang 2,5jt ton per tahun, 80%nya harus impor *cmiiw. Diimpornya dari mana? Dari Amerika. Di sana itu lagi ngetren yang namanya produk GMO/transgenik (bukan transgender ya). Apa itu? Produk GMO (Genetically Modified Organism) secara sederhananya adalah produk2 dari tanaman atau hewan yang telah direkayasa/dimodifikasi secara genetik. Biasanya dilakukan dengan menggabungkan DNA dari 2 spesies berbeda. Misal: gen tomat yang disisipi gen ikan dari kutub sehingga tomat menjadi tahan dingin dan gak cepet busuk atau bakteri E.Coli yang disisipi gen dari pankreas babi sehingga bisa menghasilkan insulin dalam jumlah besar atau tanaman kapas yang disisipi pestisida biar kebal hama dan masih banyak lagi (tadi itu contoh2 ekstrimnya ya). Yang saya bayangin itu kayak berada di sebuah lab. dengan banyak ilmuwan berdarah dingin dan bermuka datar lagi ngutik2 sepotong dna di bawah mikroskop yang disambungin ke komputer super canggih *lebay. Kalo udah pernah baca novel trilogi divergent, sedikit kebayang gimana teknologi rekayasa genetik itu mempengaruhi 'kemanusiaan' manusia. Nah, teknologi rekayasa genetik ini banyak diaplikasikan ke tanaman pangan seperti jagung, kedelai, kentang dll dengan cara menyisipkan gen tertentu yang tidak dipunyai tanaman (bisa dari sel apa saja) ke dalam gen tanaman sehingga tanaman yang dihasilkan punya sifat2 unggulan yang diinginkan seperti tahan hama, tahan antibiotik, produktivitas tinggi dll. Saya gak tau ya kedelai yang diimpor di kita itu termasuk yang GMO atau tidak. Yang jelas hingga saat ini produk GMO itu masih menjadi kontroversi. Ada yang pro karena teknologi itu diklaim mampu meningkatkan kualitas pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia, namun lebih banyak yang kontra karena berbagai macam alasan seperti produk2 ini diduga menyebabkan alergi, kanker, melanggar keetisan, merusak keseimbangan alam dan masih banyak lagi. Saya gak terlalu menguasai masalah perGMO an ini sih, sekedar ingin menggambarkan bahwa "ada lho teknologi kaya gini". Kalo versi bpom produk2 GMO ini aman ya. Jadi gak perlu terlalu kuatir makan tempe atau tahu.Tapi secara pribadi, saya agak kurang sreg dengan teknologi ini. Berasa terlalu mengintervensi tuhan gituh.

Oke, balik ke kedelai, kenapa perajin tahu tempe lebih milih kedelai impor daripada kedelai lokal? Katanya sih karena kedelai impor lebih 'berkualitas' dibanding kedelai lokal. Berkualitas di sini maksudnya, ukuran bijinya lebih besar2 dan seragam, lebih bersih, lebih cepat lunak saat direbus dll. Kalo dari segi rasa, sebenernya kedelai lokal lebih unggul dari kedelai impor dan yang jelas gak pake GMO2an. Kenapa gak dibikin biar kedelai lokal berjaya di negri sendiri? Seandainya bisa... Soalnya ini terkait dengan pemerintah dan kitanyah. Regulasi yg keren, kemandirian, mental cinta produk dalam negri dll....

Ya sudah pengen cerita itu aja. Sebagai penutup, saya jadi inget kata bu dosen favorit saya dulu  "you are what you eat". Silahkan cek sendiri2 makanan2 seperti apa yang udah masuk ke tubuh kita.

Kamis, 27 November 2014

Jangan Takut Makan Mie Instan

Semangkuk mie instan rebus dipakein telur sama irisan cabe rawit ituuuhhh........ sluuurrrppp....salah satu surga dunia. Rugi kalo gak nyobain


Enggak ah. Serem. Mie instan itu makanan gak sehat tauk. Ati-ati ada lilinnya, bisa bikin kanker pulak MSG nya.Eleuh-eleuh....segitu pisan yak sama mie instan. 

Oke. Sekarang ngomongin tentang mie instan yuukk. Teringat beberapa waktu lalu saya lagi mau masak mie instan dan tiba2 sodara nyeletuk, air rebusan yang pertama dibuang dulu baru diganti pake air termos soalnya ada lilinnya itu
Jreng...jreeng.... Spechless sayanya mah

Coba sekali-sekali liat proses pembuatan mie instan (googling please). Lihat tahapan terakhir sebelum dikemas. Yesss, digoreng pada suhu 140°-150°C selama 60-120detik kemudian langsung didinginkan. Proses ini ditujukan agar tekstur mie jadi keras, kadar air berkurang, lebih awet karena bakteri/jamur tidak bisa tumbuh. Naaaahhh, nggoreng nya itu pake minyak kan ya, bukan air (kalo pake air namanya ngrebus mbak)? Abis digoreng, ditiriskan trus didinginkan maka jadilah itu minyak yang masih tersisa nempel di mie. Betul apa bener? 
Jadiiiii kalo saat merebus mie itu ada kaya minyaknya di air rebusan,  itu bukan lilin buibu tapi minyak goreng. Jelas yaaaa??*ala cikgu dosen, hhhhhhh *hela napas, esmosi saia. 

Lanjuuutt.... Info keterlaluan kedua nih, kalo masak mie instan bumbunya jangan direbus bareng mie nya karena pada suhu 120°C MSG akan terurai menjadi senyawa2 yang berpotensi karsinogenik (pemicu kanker) atau yang semacam itu redaksinya. Ngerasa ada yang janggal gak sama informasi di atas? Nggak ada?? Sini sini saya tunjukin. 
Inget pelajaran SD dulu dong? "Berapa titik didih air anak-anak?" Bertanyalah ibu guru sumini pada anak muridnya. "100°C bu guruuuu" Jawab murid-muridnya serempak. Iyak pintar sekali.  
Naaah masak mie instan ini pake kompor sama panci kan ya?  Masak mi pake panci dan kompor sampe yang masak ubanan juga tidak akan pernah mengubah titik didih air yang 100°C menjadi 120°C, kecuali kalo sodara/sodari semua masak mie nya pake panci presto (Lodrok dong mie gue).
Lha gimana critanya itu MSG bisa terurai/terpirolisis atau apalah namanya jadi senyawa-senyawa karsinogenik?

Yang terakhir nih penting  banget, masih percaya kan sama badan pengawas obat dan makanan (bpom)?  Di setiap kemasan mi instan pabrikan merk2 terkenal itu pasti ada ijin bpom nya *kalo gak ada, gak usah dibeli. Badan pom ga akan dengan mudahnya mengeluarkan nomor perijinan bpomnya untuk suatu produk yang gak jelas keamanannya. Kalo mie instan itu gak aman dan gak layak makan udah dari dulu ditarik dari peredaran. Yang harus diwaspadai justru mie2 industri rumah tangga yang banyak bertebaran di pasar atau tukang sayur itu. Tanpa merk, tanpa kemasan higienis, gak tau pake pengawet formalin atau tidak dll. Jangan terbalik-balik. Gak semua yang pabrikan (berpengawet kimia) itu kurang baik untuk kesehatan. Dan sebaliknya gak semua yang tanpa pengawet itu pasti baik. Selama penggunaan pengawet itu terkontrol dan sesuai patron its oke menurut saya.

Nah masalahnya sekarang adalah seberapa sering kita konsumsi mie instan itu sendiri. Kalo tiap hari sehari 3x dan bener-bener mie instan doang, ya itu lebay bingits namanya. Kenapa gak boleh keseringan?

1. Mie instan itu makanan yang 'gak bergizi' (haha. Jahatnya... yaudah deh gizinya minimalis). Jadi ngapain juga masuk-masuk-in sesuatu yang gak ngasih manfaat ke tubuh sering-sering? Selingan gakpapa, sebagai recreational food, seminggu 2-3x masih tolerable. Kalo mau lebih bergizi campurkan dengan sayur, telur atau bahan bergizi lain.

2. Mie instan itu makanan yang tinggi garam. Diet tinggi garam terus menerus jelas gak baik untuk tubuh apalagi untuk orang-orang yang punya riwayat hipertensi, sangat tidak dianjurkan

3. Mie instan itu pantangan buat yang alergi atau intoleran terhadap gluten. Gluten itu protein yang terdapat pada tepung2an seperti gandum sebagai bahan dasar mie. Orang-orang seperti ini biasanya akan jadi pusing, mual atau sakit perut setelah makan makanan-makanan mengandung gluten seperti mie atau roti.

Jadi mie instan itu aman ya, asal semua aturannya dipatuhi dan gak berlebihan. Sooo.....cek dan validasilah  informasi2 yang diterima. Jangan mudah menelan mentah-mentah semua data. Digoreng apa direbus dulu gitu biar agak enak. Sayang banget kan ilmu yang berharga itu  menjadi tak bernilai hanya karena ditemplokkan dengan semena2 untuk menghukumi suatu fenomena dengan tidak tepat.

Ancaman Di Balik Manisnya Gula

Gambar diambil dari intisari-online.com

Set dah, tumben bikin judul a la-a la media abal-abal gini. Wkwk. Kenapa oh kenapa buk? Yah karena inilah faktanya. Daripada ibu-ibu parno berlebihan terhadap MSG -yang notabene sudah dijamin aman-, sepertinya lebih pas kalo kuatir berlebihannya dialihkan pada gula pasir. Kenapa gula pasir? Begini ceritanya:
Gula pasir (atau nama kimianya sukrosa)itu masuknya ke golongan karbohidrat, yang di dalam tubuh dipecah jadi unsur penyusunnya (fruktosa dan glukosa). Glukosa di tubuh ini yang nantinya sering disebut dengan istilah gula darah. 

Coba bayangkan berapa gelas gula yang dibutuhkan untuk bikin 1sachet nutrijel? Ukurannya udah gelas bo' bukan sendok lagi. Belom lagi gula yang ngumpet di dalam  sirup, softdrik, es teh manis, sup buah, es krim, jus buah, biskuit, macem2 kue kering, permen dan banyak lagi.  Itu perhitungan di luar nasi lho. Iya nasi putih. Nasi putih itu termasuk makanan dengan indek glikemik tinggi. Makanan ber IG tinggi itu adalah makanan yang dengan cepat menaikkan kadar gula darah. Yess sepertinya konsumsi kita high sugar banget ya. Emang ada yang salah dengan diet high sugar? Begini ceritanya (lagi :)): yang kadang sering disalah-salahin sebagai biang kegemukan itu kan lemak ya. Gorengan, makanan bersantan dkk. Ada benernya juga sih. Tapi taukah anda jika kelebihan gula yang tidak dipake tubuh itu juga disimpan sebagai.... jreng...jreng......
yup  L E M A K.
Dan itu justru yang jadi penyebab utama kegemukan. Iyaaa lemak yang bikin gendut itu. Wkwk

Jadi hubungan diet tinggi gula dengan kegemukan? Ya sodara sepupu deh, deket banget. Sebagai tambahan, kadar gula  yang tinggi dalam darah itu akan memaksa pankreas untuk kerja rodi ngeluarin insulin (buat menyeimbangkan kadar gula darah tubuh). Kalo pola ini dilakukan terus menerus, yang ada insulinnya jadi gak sensitif, terpaksa pankreas ngeluarin lebih banyak insulin lagi. Nah sekresi insulin berlebih ini diduga sebagai penyebab dasar munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes dkk. Jadi teringat bude saya yang harus sangu alat suntik kemana-mana. Karena setelah selesai makan beliau harus selalu menyuntikkan insulin ke dirinya sendiri untuk menurunkan kadar gula darahnya. 

Pola konsumsi tinggi gula ini juga mungkin yang jadi penyebab naiknya prevalensi penyakit semacam jantung koroner, stroke dkk di semua kalangan. Dulu kan penyakit-penyakit 'keren' ini cuma jadi milik orang-orang kaya yang makannya enak-enak trus ya. Tapi sekarang dari lapisan bawah sampe atas tidak jarang yang mengidap penyakit-penyakit semacam ini. Btw saya juga pernah baca (belom tau validitasnya ya), bahwa proses pengolahan gula yang puanjang (dari penggilingan, pemurnian, evaporasi, kristalisasi, pemisahan kristal, pengeringan sampe pengepakan) ini akan menghilangkan semua mineral yang tadinya ada di tebu. Jadi gula pasir yang putih bersih dan manis itu benar-benar hanya murni berisi sukrosa tok. Gak ada mineral apalagi vitamin yang masih bisa digunakan tubuh.

Oke. Berapa sih batas maksimal konsumsi gula pasir sehari yang seharusnya? Menurut WHO tidak lebih 5% kebutuhan energi harian. Kalo kita asumsikan sehari itu 2000kkalori, ya berarti tidak lebih dari 100kkalori yang itu setara dengan 25gram gula atau kira-kira 6 sendok teh. Kalo versi peraturan menteri kesehatan RI, konsumsi gula dalam sehari itu tidak lebih dari 4 sendok makan. Sedikit ya... ? Ngeteh manis pagi hari 2 sendok teh gula pasir. Coffeebreak siang 2 sendok lagi. Eh, sarapan sama ngemil donatnya belum diitung :p, sampe rumah sore, teh manis anget enak nih, 2 sendok teh lagi yang datengnya serombongan bareng sahabat2nya yaitu pisang goreng, roti goreng dkk. Ya sutralah... lewat deh tuh 4 sendok makan gula/hari. haha. Trus gimana dong? Pengen makan manis tapi takut gula. Makannya sambil liat saya aja *senyum manis.

Ada sih yang namanya pemanis buatan yang rendah kalori tapi semanis gula. Seperti aspartam (tropicanaslim),  stevia dll. Ini masuk kategori aman ya (ada nilai ADI)-nya,  tapi ada beberapa kontroversi juga. Jadi kalo hati gak mantep ya gak usah dipake. Intinya terapkan pola hidup sehat, kurangi aktivitas ngopi-ngopi cantik, ngemil donat kentang (deket rumah saya ada yang jual donat kentang enak murce dan laris bgt *abaikan), kurangi nasi putih, makanan manis, goreng-gorengan, perbanyak serat dan pastinya olahraga. Yaah endingnya kok lagi-lagi hidup sehat dan olahraga. Gak seru ini mah. Saya nulis-nulis gini tapi juga belom bisa menjalankannya lho (tutup muka), susah euy.

Gini lho, intinya tuh saya pengen mendudukkan semua itu proporsional pada tempatnya. Pas. Gak berlebihan. Gak lucu kan kalo misalnya bela-belain pesen bakso tanpa vetsin (tapi kecap+saos 3sendok :)), tapi merasa santai-santai aja ngeteh anget sama ngemil donat tiap sore.
Khawatirlah dengan sesuatu yang memang layak dikhawatirkan, jangan membebani otak dengan kekhawatiran2 yang sebenarnya tidak diperlukan :)

Jadi judul di atas gak lebay kan? Asli gula itu lebih mengancam dibandingkan MSG karena cara mengancamnya itu semanis rasanya, bikin kita gak sadar kalo dia itu sebenarnya harus dihindari.

Kamis, 20 November 2014

Kecap=MSG ???




Ini adalah tulisan pertama saya yang ada hubungannya sama pangan (dunia yang pernah saya geluti selama 7 tahun, sekalipun kini ilmunya udah ketumpuk-tumpuk sama ilmu-ilmu tentang cara praktis menyiasati kenaikan harga beras, listrik dan bbm untuk ibu rumah tangga eaa

Baiklah, sekarang saya mau ngomongin tentang pangan, khususon MSG a.k.a micin, vetsin, penyedap rasa, masako, royco dan kawan-kawannya. Kenapa MSG? Karena tadi pagi Berry anak saya lahap banget makannya hingga nambah 3 piring nasi dengan berlaukkan kecap alias nasi kecap (Haha. Poor Berry) 
Back to kecap, emang ape hubungannya kecap sama MSG? Langsung cuss ke TKP. Cekidot yaa....

Saya inget sekali anekdot yang pernah bapak dosen ceritakan (sedikit hal yang saya ingat dari banyak hal yang saya pelajari :p). Begini ceritanya:
Ibu A: "Saya gak pernah lho masak pake vetsin. Gak sehat, bahaya, bisa bikin anak bodoh" (dengan gaya sok paling yes sedunia)
Ibu B: "Saya mah kurang mantep kalo masak gak pake micin. ". 
Ibu A: "Anak saya itu gampang banget makannya. Asal ada kecap aja beres deh, lahaappp. Jadi saya gak perlu susah-susah"
....................................
Jreng....jreng.....!!!!!
Bu Joko Bu Joko... tau gak sih kecap itu isinya apaan? Yap, anda benar, M S G

Monosodium Glutamat
MSG (Monosodium Glutamat) adalah garam natrium dari asam glutamat , senyawa yang memberikan rasa gurih (umami). Asam glutamat sendiri merupakan komponen protein yang secara alami terdapat pada hampir semua makanan. Adapun kecap, kecap adalah salah satu makanan hasil fermentasi kedelai hitam oleh jamur. Pada proses pembuatan kecap dilakukan penambahan garam (NaCl), dan salah satu hasil fermentasi jamur itu adalah asam glutamat. Ada Na dari garam dan glutamat dari asam glutamat, maka jadilah Na glutamat alias MSG. Get it kan hubungan kecap sama MSG? Jadi sama juga boong dong kalo masak tanpa vetsin tapi kecap jalan terus? Bukan boong sih, tapi kurang tepat. Ibaratnya pesen semangkok bakso tanpa vetsin, pas baksonya dateng langsung kalap naroh bersendok-sendok kecap, saos ma sambel. Lhah ape gunanya tadi mesen bakso gak pake vetsin mbak? pesen aja bakso gak pake mangkok, wkwk. Memang sih MSG dalam kecap terbentuk secara alami melalui fermentasi bukan sengaja disintesis secara kimia. Tapi pada dasarnya bahan yang terkandung di dalamnya sama-sama natrium dan glutamat kan? Jadi.....??

Benarkah MSG Berbahaya?
Ngomongin tentang MSG, pasti yang terlintas di kepala adalah tentang gak sehat dan gak aman. Benarkah Itu? 
MSG itu bahaya gak sih? Hmmm.... bahaya binggoooo......
.....kalo kita pakenya 6 kg/hari. 
Jadi gini. Di dalam dunia pangan itu ada yang namanya ADI (acceptable daily intake) yaitu batasan seberapa banyak konsumsi bahan tambahan pangan yang dapat diterima dan dicerna setiap hari sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan (bisa dianalogikan dengan dosis dalam dunia perobatan). Dan ada batas maksimum penggunaan yang bisa dihitung dari nilai ADI. Tahukah berapa nilai ADI untuk MSG? Berdasarkan perka bpom no 23 th 2013, batas maksimum penggunaan MSG adalah secukupnya atau sewajarnya (not specified), gak ada batasan maksimal, yang berarti aman untuk dikonsumsi. Saya bandingkan dengan ADI untuk natrium benzoat yaitu 0-5mg/kg berat badan. See! Harusnya kalau mau khawatir lebih ke pengawet dong daripada ke MSG. Toh kalau pakai vetsin pun paling pol gak sampai 1/2 sendok teh kan? Soalnya kalo kebanyakan yang ada rasa masakannya malah jadi pahit bukannya enak.  
Lanjuuuttt.....

MSG Penyebab Chinese Restaurant Syndrom?
Trus gimana dengan chinese restaurant syndrome yang disebut-sebut disebabkan oleh pemakaian MSG? It's so yesterday. Banyak penelitian-penelitian baru  yang dilakukan yang membuktikan bahwa ternyata MSG bukanlah penyebab sindrom itu (pan penelitian itu berkembang terus yak, kalo ada yang keliru ya direvisi). Dengan banyaknya penelitian yang membuktikan bahwa MSG itu aman maka dimasukkanlah MSG itu sebagai GRAS (Generally Recoqnize as Safe). 

Kecap Sehat Tanpa MSG?
Gimana dengan iklan-iklan yang mengklaim kecap sehat tanpa MSG? Ya itu pinter-pinternya produsen kecap  itu dalam memainkan kata-kata aja. Mungkin dalam pembuatannya memang tidak ditambahkan MSG secara langsung. Tetapi substansinya kan MSG jugak? Jelilah dengan bahasa iklan. Seperti minyak goreng yang hobi ngiklan non kolesterol. Lha emang yang namanya minyak goreng itu gak ada kolesterolnya melainkan fitosterol. Jadi tanpa di-cap nonkolesterol pun semua minyak goreng nabati itu memang gak ada kolesterolnya.

Jadi MSG itu insyaalloh aman ibu-ibu (dengan pemakaian yang sewajarnya). Dan yang terpenting batasi asupannya karena segala yang berlebihan itu kagak baik kan ya. Buat yang antipati sama MSG, suka puyeng kalo makan masakan ber-MSG (sugesti atau bukan?) yaaa gapapa juga sih. Bagus kok bisa memanfaatkan yang alami-alami sebagai pengganti MSG seperti tomat, daging, keju misalnya. Tapi jangan juga terlalu nyinyir sama ibu-ibu yang masih pake MSG, apalagi sampai bego-begoin anak-anak yang masakanya dipakein vetsin. Dan buat pemakai MSG yang merasa masakannya kurang mantap, silakan gunakan dalam jumlah yang sesuai. Preferensi masing-masing orang aja. Gak usah terlalu parno sama MSG karena MSG emang bukan sesuatu yang harus terlalu dikhawatirkan.

Rabu, 19 November 2014

Mari Bercermin

Sekali lagi ini bukan tentang siapa presidennya. Toh musim pemilu kemarin saya juga gak milih dua-duanya. Jadi saya bukan termasuk golongan jokowi lover. Noted. Tapi saya juga bukan jokowi hater. Biasa aja. Sekalipun misalnya prabowo yang jadi presiden saat ini, yakin deh kebijakan cabut subsidi bbm ini akan terjadi juga suatu saat. Kaya gak pada belajar dari sejarah. 7x ganti presiden dengan sistem yang sama (baca:demokrasi pancasila), keadaanya tetap sama, lebih buruk malah. Saya cuma ingin belajar mendudukkan sesuatu secara proporsional, pada tempatnya. Sebenernya ingin sih ngikutin nafsu nyalahin ini dan itu -mencari kambing hitam-, soalnya itu kerjaan yang paling gampang dan enak. Tapi saya pikir udah terlalu banyak juga yang melakukannya. Udah mainstream. Terlalu banyak orang-orang yang dengan mudah ngeshare berita 'sampah', hujat sana hujat sini, nyetatus negatif dan provokatif, merasa pendapat dan sikapnya paling benar, merasa lebih ahli dari yang beneran ahli, puas melihat orang lain jatuh, kecewa, sakit hati dan yang semacamnya. Sudah terlalu banyak hal-hal negatif yang terjadi di negeri ini. Miskin prinsip-prinsip hidup mulia dan teladan yang baik. 

Jadi sebelum saya mulai ikut-ikutan nyinyir, bersumpah serapah dan mencaci-maki, saya mau menengok dulu ke diri saya. Egois, gak berfikir panjang -yang penting saat ini saya bisa hidup enak sebodo amat kelak nasib anak cucu-, kurang empati -mau dilayani sebaik-baiknya tanpa mau tahu keriweuhan yang melayani-, maunya yang nyaman-nyaman aja, gak mau susah dikit, pemalas, komentator yang mahir untuk kebijakan pemerintah, kalau membela diri pol-pol an dan kadang gak logis dan masih banyak lagi. Manusia itu adalah hakim yang mashur untuk kesalahan orang lain tapi pengacara yang handal untuk diri sendiri (quote dari tulisan tere liye). Saya jadi merasa malu melihat diri saya sendiri. Dengan kualitas kaya gini sepertinya sangat tidak layak untuk judging siapapun. Saya gak ingin jadi kaya siapa itu namanya, adian napitupulu ya. Yang sebelumnya heboh teriak2 nyinyirin pemerintah tapi giliran kepilih jadi anggota dpr cuma bisa jawab 'pusing kepala gw' waktu ditanya tentang kenaikan bbm. Oohh ternyata gak segampang apa yg gw omongin ya ngurusin 200juta lebih kepala (mungkin gitu batinnya)

Saya gak mengabaikan pentingnya merevolusi sistem ya. I do agree sama gerakan yang mengusung ide mulia penerapan syariah islam secara kaffah. Membawa kembali aturan islam yang begitu lama dicampakkan. Menjadikan islam sebagai ideologi -way of life- ya,  bukan sekedar agama ritual yang hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhannya.

Tapi tidak bisa dinafikkan juga pentingnya merevolusi mental (minjem istilah pak jokowi gapapa ya :)) orang-orang di dalam sistem itu. Gak tau ya apa karna kelamaan dijajah atau karna kultur sosio budaya atau apa yang bikin orang-orang indonesia itu 'beda' dengan orang-orang luar sana. Susah diatur, ngotot, ngeyelan, terima beres, korup, ogah diajak prihatin dan kawan-kawan.

Jadi apa kesimpulannya? Gak tahu deh. Haha. Silahkan disimpulkan sendiri. Jadi ini ceritanya saya sedang belajar 'menulis' biar gak sekedar jadi ibu rumah tangga yang uplek sama urusan domestik rumah tangga aja. Bosen euy.

Jumat, 14 November 2014

APEL cinta

Hari ini ulang tahun saya yang ke 32. Dan pas kebetulan jadwal suami saya -yang bekerja nun jauh di sana- pulang ke jogja. Singkat cerita, sesampai di rumah dia memberikan sebuah kotak kecil hadiah ulang tahun buat saya. 

Seperti wanita pada umumnya, saya ngarep yang di dalam kotak itu sebongkah berlian, perhiasan atau paling tidak beberapa gram logam mulia. *wanita emang dianugrahi naluri 'buas' jika terkait pada barang-barang yang bisa dijadikan uang. Haha.

Namun ketika saya buka kotak itu.... taraaaaa...... ternyata isinya adalah.... apel. Iya A P E L. Bukaan... bukan apel dalam bentuk iphone 6 yang lagi tenar itu, melainkan sebutir apel merah 'biasa' dan selembar kertas yang isinya menceritakan alasan kenapa si apel yang terpilih menjadi sang kado.

Ya sutralah.... 5 tahun hidup sama dia membuat saya terbiasa menerima hal-hal yang 'seperti ini'. Tadinya saya ngarep alasan pemilihan apel itu agak filosofis. Misalnya, apel merah itu rasanya manis, semanis 5 tahun pernikahan kami. Atau kulit apel merah itu kaya antioksidan yang memperlambat penuaan dini agar kami bisa semakin lama bersama *maksa. Atau apalah, yang agak touching gitu.

Namun setelah saya baca selesai tulisan itu, gak ada itu kata-kata romantis yang bikin berkaca-kaca.Alasan yang dikemukakannya dalam surat itu begituuuu sederhana daann... *sampe gak bisa menemukan kata yang pas. 
Di kertas itu tertulis, kenapa apel bukan jeruk atau duren karena... kotaknya cuma cukup buat naroh apel bukan yang lain (soalnya kotaknya dibeli duluan, belom tahu mau diisi apa). Untung juga bukan diisi segerombol ciplukan atau beberapa biji kersen. Zzzzz..... Antara geli campur kesel. Akhirnya berakhir dengan tertawa sebel :D Tapi setelah saya ingat-ingat, kado ini lebih mending dibandingkan kado-kado yang dulu pernah diberikan untuk saya, seperti sekotak permen menta atau alat kerok masuk angin yang dibeli di bis seharga 5ribuan.

Ya seperti itulah dia (atau laki-laki pada umumnya ya), gak njlimet, gak romantis, gak detail, tekstual dan yang jelas apa yang dikatakan di mulut itu sama dengan di hati. Beda dengan wanita yang pengennya dimengerti isi pikirannya tanpa mau mengatakannya secara tersurat. Apa yang dikatakannya kadang tidak seperti yang diinginkannya. Lain di bibir lain di hati memang.

Dia memang tak sempurna. Sangat jauh dengan sosok ideal yang dulu sering saya impikan jadi pasangan hidup saya. Tapi karena ketaksempurnaannya itulah saya bisa mencintainya dengan sempurna. Seperti ketaksimetrisan apel yang sering membuatnya kurang indah dilihat, atau warna merahnya yang kadang tidak merata, namun tak ada yang mempermasalahkannya, bahkan hampir semua orang menyukai rasa manisnya. Jadi tidak perlu menjadi sempurna untuk bisa dicintai banyak orang...

Oke. Cerita berakhir happy ending dengan pemotongan apel itu dan memakannya bersama anak-anak... :D

Senin, 03 November 2014

Tentang Keteladanan

Saya pikir negeri ini miskin keteladanan. Kekurangan sosok-sosok yang perilakunya bisa digugu dan ditiru. Hal ini dapat dilihat dari hebohnya pemberitaan tentang bu menteri susi beserta segala komentar pro maupun kontra yang menyertainya. Ada yang menganggap yang penting isinya, casing tidak masalah. Yang penting kerjanya, bukan rokok, tato dan bir nya. Yang penting profesional, tidak munafik dan bla bla bla. Hingga sampai pada penarikan kesimpulan yang ga logis, mending tatoan dan ngrokok tapi ga korupsi daripada pake jilbab dan terlihat alim tapi korupsinya segambreng. Emang pilihannya cuma itu ya? Kenapa ga milih yang udah pake jilbab, kerjanya oke, ga ngrokok, ga tatoan, ga nge-bir, ga korupsi pula. Ya itu tadi, karena sosok-sosok yang seperti itu sudah langka di negeri ini. Hampir punah malah. Ini juga akibat maraknya pola pikir 'pilihlah yang terbaik di antara dua keburukan atau pilihlah yang buruknya minimalis'. Saya bukan termasuk yang kontra sama bu susi sih. Malah angkat jempol saat lihat foto beliau gendong simbah-simbah tua dan menaikkannya di pesawatnya. Atau saat beliau mengeluarkan ide-ide segarnya saat rapat dengan para menteri. Saya hanya ingin menitikberatkan tentang pentingnya keteladanan sebagai unsur pembangun kemajuan bangsa.  Untuk orang-orang yang bisa mendudukkan masalah pada tempatnya sih ga akan kesulitan dengan situasi seperti ini. Tapi untuk orang-orang awam, pelajaran moral yang bisa diambil justru bisa sangat keliru. Misal, ngapain repot-repot sekolah tinggi, lulus smp aja bisa jadi menteri dan sukses. Kenapa ga berpikir kalau sekolah tinggi, yang lebih tinggi dari menteri juga bisa didapat. Atau, kalau mau jadi pengusaha berarti ga usah sekolah aja. Kenapa ga berpikir kalau sekolah tinggi dan jadi pengusaha itu lebih keren? Atau standar 'keren' yang dilihat itu juga sudah bergeser? Keren itu sekedar nyentrik, beda dan antimainstream? Entahlah. Banyak orang yang lantas mencari berjuta alasan untuk membenarkan perbuatannya yang sebenarnya tidak tepat. Nanti mungkin akan tiba saatnya ketika ada cerita seorang homo yang pengusaha sukses suka menyantuni orang miskin. Atau seorang perampok yang memberikan hasil rampokannya pada orang-orang miskin ala robinhood. Atau seorang psk yang sukses menyekolahkan anak-anaknya ke luar negeri dan cerita-cerita yang semacamnya. Masihkah kita bisa mengatakan  "yang penting apa yang sudah diberikan untuk masyarakat, bukan homonya, bukan rampoknya, bukan psk nya". Ini mah pemikiran liberal bin sekuler. Errr... rusak dunia.
Di jaman Nabi tidak sulit menemukan keteladanan-keteladanan yang menggetarkan hati baik yang diberikan Nabi maupun sahabat-sahabat beliau. Namun saat ini sulit menemukan pemimpin-pemimpin yang seperti itu. Pemimpin yang menyadari bahwa kelak dirinya akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya. Sebagai ibu yang mempunyai dua anak balita, saya terusik untuk ikut menyatakan pendapat, karena saya ingin memastikan mereka tumbuh dalam lingkungan yang positif dan penuh teladan baik. Mungkin tidak banyak juga yang bisa saya lakukan. Tapi saya akan upayakan sekuat tenaga memberikan keteladanan-keteladanan kecil untuk anak-anak saya. Seperti kejujuran, hak milik, saling berbagi, saling memuji, saling mengalah, reward punishment dan yang semacamnya. Nilai-nilai hidup yang saat ini sulit dicari keberadaannya. Paling tidak, saya bisa memberikan jawaban yang 'lumayan' ketika kelak ditanya tentang keteladanan apa yang telah saya berikan untuk anak-anak saya. Dimulai dari yang kecil dari diri sendiri, dengan harapan semoga yang kecil ini bisa membesar dan sedikit memperbaiki kondisi bangsa ini yang sedang begitu terpuruk.

Rabu, 29 Oktober 2014

Mendadak Pujangga part 1

Puisi ini terinspirasi dari hujan pertama yang turun di Jogja, namun hanya sak bres an. Karena masih amatiran ya wajar aja kalo tulisannya rada kacau balau

Bumiku Merindu Hujan

Ku tatap lekat langit
Seperti biasa, menungguimu turun dari singgasanamu
Semoga awan hitam bergumpal itu tak mem-php-ku lagi
Dengan harapan semu akan kabar kedatanganmu
Dan...
Tess... tess.....
Tetes pertama hadirmu menghapus penat penantianku
Kau tahu, jutaan detik telah kuhitung untukmu
Hilang sudah rasa kesalku atas keangkuhanmu
Rupanya tak kau abaikan kegigihanku menunggumu
Tetapi..... Heiii... cuma ini???
Hanya sesaat kau lewat
Sebenarnya tak cukup memupus rinduku yang pekat
Tapi tak apalah,  selarik sapamu cukup membuatku kuat
melampaui hari yang kering dan berat
Dan...  lagi-lagi aku harus menunggumu kan??
Menatap lekat langit dan menunggu kabar dari awan hitam bergumpal yang kadang tak akurat

Kamis, 23 Oktober 2014

Ibu itu Pejuang

Saya lagi pengen cerita tentang masa2 melahirkan dulu.  Kenapa? Karena kemarin gak sengaja baca suatu komen yang 'menyakitkan' tentang 'enaknya' lairan secara sesar. Mungkin jaman ini emang jamannya memversus2kan  ini itu ya. Lairan normal vs sesar, asi vs sufor, ibu rumah tangga vs ibu bekerja, vaksin vs antivaks dan banyaaakk lagi yang lain. Dan mereka itu mati2an bin ngotot membela pendapatnya. Berasa yang paling oke dan keren dengan pilihannya.

Jadi begini ceritanya :D (jangan2 secara tak sadar saya ngefans sama cerita2 macam kismis ituh)
4,5 tahun lalu saya akhirnya harus ngelahirin berry via sesar. Kenapa? Karena sampe 24jam lebih, bukaan cuma mentok sampe 8. Yang ibu2 pasti ngerti dong gimana ituh sakitnya melewati bukaan satu ke berikutnya. Gak bisa digambarkan, cuma bisa dirasakan :) Mbak2 yang bareng mau lahiran sebelah saya aja sampe teriak2 gak karuan gitu, bikin saya keki. Untung saya masih agak keren dikit, cuma dleweran air mata doang gak sampe jejeritan. Setelah lemes dan kehabisan energi, akhirnya sama bu dokter dipecahlah itu kantong ketuban. Tapi ditunggu beberapa jam, tetep  gak nambah2 bukaannya. Posisi bayi juga gak turun2. Darah gausah ditanya, baju, sprei, jarik gak ada yang gak kena. Pasrah deh. Udah gak kepikiran apa2. Pucat pasi, pengen pipis, pengen pup tapi gak boleh ngeden *kebayang kan tersiksanya yang terakhir itu :D. Akhirnya terpaksalah diambil tindakan. Dan operasi sesar itu gak enak lho. Waktu dibius itu rasanya mual luar biasa, pengen muntah. Kalo pas disobek2 perutnya sih gak kerasa ya. Haha. Serem dong kalo kerasa. Dan waktu bayinya diambil, kata bu dokternya nih,  ternyata posisi kepalanya agak ndengak gitu. Bahunya ngalangin jalan lahir. Jadi mau ditunggu sampe taun depan juga itu bayi gak akan pernah bisa lewat jalan lahir. See, kalo saya maksa mau tetep lairan normal mungkin saya udah gak bisa nulis ini lagi sekarang. Pasca operasinya, sakitnya lebih wow lagi. Buat miring aja gak bisa. Belajar bangun, belajar jalan timik2. Fiuuhh... Jadi yang bilang operasi secar enak, cobain dulu deh. Atau yang sering bilang operasi sesar itu karna ibunya males lah, ibunya gak mau susah, ibunya gak niat, ibunya ga mau berjuang, ibunya mau enaknya aja bla3, aah picik bingits itu pikiran, dangkal *sorry to say. Sakitnya itu dobel lho, triple malah. Pertama, sakit waktu bukaan 1-8, trus sakit pasca operasi, dan terakhir sakit karena dipandang sebelah mata. Kaya dicap di jidat, elu bukan ibu beneran karena gak bisa melahirkan secara normal. Sakitnya tuh di sini di situ di mana2. Kecewa, iya lah.  Semua ibu itu ya pengennya lairan normal. Saya sempet kesel sama si bayi kenapa gak kooperatif gitu. Haha. Tapi kenyataannya emang gitu. Udah diupayakan sampe pol tapi tetep gak bisa, gimana dong? kudu pasrah gitu?

Ini sesar versi saya. Entah kalo sesar versi yang lain. Atau versi artis2 itu. Jadi plis gak usah nyinyir deh sama hal2 kaya gini. Banding2in ibu yang sakses lairan normal dan gagal karna lairan sesar. Berasa paling keren sedunia karena bisa lairan normal. Iya deh situ keren. Puass?? Haha esmosi. Toh surga itu adanya di bawah telapak kaki ibu. Gak pake syarat dan ketentuan berlaku, ibunya harus yang bisa ngelahirin normal. Ibu2 yang ngelahirinnya sesar ga ada surga di kakinya :D. Menurut saya setiap ibu itu adalah pejuang dengan medan tempurnya masing2. Kewajiban kita adalah memenangkan pertempuran di medan pertempuran kita, tanpa perlu ngurusin dan ngrusuhin medan pertempuran orang lain, apalagi nyinyirin. Haha.

Oke deh sekian cerita kali ini. Janganlah menilai orang lain dengan ukuran baju kita yaa *bener gitu gak pepatahnya?

Everything man know 'bout woman


Beberapa waktu lalu saya nemu gambar ginian. Entah ya, liat gambar itu bikin saya ngerasa tersanjung jadi seorang wanita. Yes, wanita itu unik daan misteriuusss... wkwkwk

Bahwa man itu sesungguhnya ga tau sama sekali tentang woman, itulah fakta. Kalopun tahu yaaa cuma alakadarnya, kulit luarnya aja. Bukan mengerti apalagi memahami.

Gini contohnya:
W: aku keliatan cantik gak pake kerudung ini?
L: Keliatan fresh, lebih mudaan
W: Jadi kemarin2 aku keliatan tua ya? *keluar tanduk
L: zzzzzz.....

Atau contoh lain
L: makan di mana ma?
W: terserah
L: nasi padang ya
W: tapi itu kan lemaknya banyak, tinggi kolesterol. Mau aku jadi gendut?
L: katanya terserah
W: iya, tapi jangan di situ dong
L: trus di mana?
W: ya dimana lah. Kreatif dikit dong
L: *ngelus perut, eh dada. Sabaar

Contoh lain lagi
W: capek nih ngurusin anak seharian. Belom kerjaan rumah yang segambreng. Aarrghh
L: yaudah besok cari pembantu
W: aku tuh gak butuh solusi. Cuma pengen dihibur dan didengerin
L: *diem
W: gimana siih. Diem aja. Dari tadi gak dengerin aku ngomong ya? Gak pengertian
L: bengong di pojokan sambil garuk2 tembok

Iih gemes. Ngeselin ya jadi wanita itu. Hihi Tapi bukankan uniknya di situ?  Memahami bahasa wanita yang implisit dan tersirat itu seperti kesasar di samudra pasifik, yang gak tau kapan akhirnya bisa liat daratan lagi.

Woman itu kalo diibaratkan kaya bawang merah, berlapis2. Makin dalam dibuka lapisannya makin bikin nangis. Heuheu. Entah apa karena woman asalnya dari venus dan man dari mars ya -kalo bencong dari mana? atau karena perbedaan rasio feeling : logic yg konon katanya 9:1 buat perempuan dan 1:9 buat laki2. Gak tau deh. Jawaban teraman sih ya karena emang udah by desain dari 'sono'nya. Mode default nya kaya gitu. Hahaha slese pembahasan.
Para emak yang menuntut para bapak buat memahaminya itu sebenarnya seperti berusaha nenggelamin pelampung ke dalam air. Susyah ciiinn... kecuali pelampungnya dibolongin duluk.

Jadi saran saia untuk kaum woman adalah berusahalah untuk megubah rasio feeling : logic menjadi 7:3 misalnya, sehingga lebih ngerti bahasa kaum man yang to the point, tanpa basa-basi dan letterlux.  Daan sebaliknya, biar adil juga,  mintalah para bapak untuk turut serta mengubah rasio mereka jadi 3:7 sehingga bisa lebih mengerti kalo woman itu adalah makhluk paling rieweuh di dunia, penuh majas dan ruwet seperti benang bundet.
Misalnya: man itu ngerasa aneh banget ngeliat woman yang bisa nangis sesenggukan abis nonton drama korea. Itu gak logiiiss. Plis deh jangan lebay. Gitu kali ya yang dirasakan laki2. Sebaliknya, woman itu suka heran sama man yang rela buang2 duit buat beli hot wheels atau miniatur robot2an. Gak penting banget seeh.

Nah, ada baiknya juga bagi kaum woman untuk belajar bahasa mars dan sebaliknya buat kaum man berusahalah memahami bahasa makhluk venus.
Gini misalnya:
Di balik kata2 "I'm okay" yang diucapkan wanita, sebenernya dia berharap laki2nya itu bilang "No, you're not honey" sambil menatap mata dan memegang tangan si wanita. So suit bingits. Kasus lain misalnya saat wanita marah2 ga jelas, solusinya itu sesimpel masupin benang jahit ke lubang jarum. Haha itu mah kagak simpel keleus. Gak usah ba bi bu, langsung aja peluk dia, minta maaf dan katakan i love you. Slese. Dijamin itu marah2 langsung menyublim ke udara. Note: ini konteksnya dalam relationship yang sah ya. Gak berlaku buat pacaran, hts, ttm atau pmp.

Kalo dua makhluk beda planet ini sudah saling memahami bahasa lawannya, niscaya tercapailah reaksi reversibel (bolak balik) yang pada saatnya nanti pasti mencapai kesetimbangannya. Atau kalo dalam ilmu pangan itu ada yang disebut dengan teori kunci-gembok (lock and key) Walaupun gembok bentuknya samasekali berbeda dengan kunci namun keduanya sama2 punya sisi yang saling melengkapi. Bahkan tanpa kunci yang pas, gembok itu tak bisa terbuka dengan kunci lain *hello ini ngomongin apaan ya.

Dan untuk mencapai keadaan ideal itu dibutuhkanlah kata 'saling'. Saling memahami, saling terbuka. Saling menurunkan ego. Saling membantu. Saling menahan diri. Saling memaafkan. Saling belajar. Dan saling2 yang lain.
Dan pada akhirnya kedua makhluk berbeda planet itu akan bisa hidup bahagia selama2nya sampai maut memisahkan.
-the end-

Rabu, 22 Oktober 2014

The First Time...

Akhirnya pecah telor juga ini blog dari masa pengeramannya selama setahunan lebih. Dengan melihat, menimbang dan memahami segala sesuatunya maka diputuskanlah blog ini jadi semacam diary seorang emak dengan dua balita yang masih sering galau dengan status ibu rumah tangganya. Jadi selayaknyalah sebuah diary, pasti isinya ga jauh2 dari curhatan emak2 seputar 'dunia kerja' nya beserta segala keriuhan yang tercipta.
Oke, jadi blog ini resmi diaktifkan dari....... sekaraaangg..!!! Lalala!!! yeyeye!!! Punya blog juga akhirnya :D
Tulislah apa yang ingin kau tulis. Tak perlu pedulikan apa atau siapa pun. Menulislah untukmu sendiri dan nikmati prosesnya.
Powered By Blogger