Kamis, 03 Desember 2015
Saat "Terserah Kamu" menjadi Blunder
Kisah di suatu pagi yang rempong
"Mama... bella mau sakit perut."Menengoklah si mama dari rajangan brambangnya dan melihat apa yang menyebabkan anak 3 taun itu ngomong seperti itu. Ternyata dia menemukan sebungkus permen dan ingin memakannya saat itu. Saking terbiasanya dia minta permen dan hafal akan jawaban yang bakal diberikan mamanya semisal, nanti giginya bolong, nanti batuk, nanti sakit perut, nanti muntah2 dan jawaban2 senada, tanpa saya sadari terbentuk logika wagu di otaknya. 'Kalo dia siap menerima konsekuensi atas alasan2 yang mamanya berikan, pasti si mama akan mengijinkannya memakan permen itu.' Mmm.... gak salah sih Bel, tapi maksud mama kan ya gak gitu2 amaat...
Hal ini berhasil membuat mama jadi kagok, antara harus marah atau nyengir atau marah sambil nyengir? *Bisa turun wibawa mama.
Dan seperti biasa di pagi yang selalu berhawa kemrungsung itu akhirnya si mama hanya bisa merepet gak jelas "Gak boleh Bella bla bla bla bla nanti bla bla bla bla bla." Makin si mama ngamuk, makin dia kekeuh memegang teguh keinginan makan permennya. Si mamah yang inget tempe di wajan belom dibalik pun jadi hectic dan hanya bisa mengeluarkan tatapan -yang menurutnya sih udah- setajam silet dan kata pamungkas "Terserah kamu, ntar kalo sakit perut gak usah mewek2," sembari bersungut2 membalik tempe gorengnya yang mulai kelebihan pigmen coklat. Namun sayang sekali, reaksi yang terjadi bukanlah seperti yang diharapkan si mama, bocah itu justru girang gumirang dengan senjata andalan 'terserah kamu' mamanya itu. "Terserah kamu ya mah?" tanyanya polos dengan wajah cerah ceria berlari2 nyari gunting item buat buka bungkus permen. Waaks, tinggallah si mamah deleg2 mati gaya. Kalah satu kosong ini sama bayi.
Baginya terserah kamu itu selevel dengan kata "ya", "boleh", atau "silakan". Tak terbersit sedikitpun di benaknya bahwa dibalik "terserah kamu" itu ada sesuatu yang rumit dan tak sesederhana itu. (Yaiyalah, apa yang kau harapkan dari anak umur 3 taun sih mom?)
Oke. Dan si mamah pun belajar satu hal lagi, bahwa frase "terserah" atau "terserah kamu" itu gak ngefek blas dipake buat menghadapi balita, sama gak ngefeknya diterapkan untuk menghadapi makhluk lempeng dan gak mudengan bernama bapak2 wkwkwk, maap paak...
Trus knapa gambarnya gak nyambung sama cerita? Yaa judulnya aja terserah kamu, berati terserah pemilik cerita to ya mau nyambung apa enggak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ngekek guling2...pdhl yho wis tau maca...
BalasHapus